Hari Konservasi Alam Nasional, Lindungi Alam Mulai dari Rumah Sendiri

Ilustrasi Pemanfaatan Halaman Rumah dengan Apotek Hidup dan Kembang warna-warni sebagai bentuk terkecil konservasi alam di lingkungan sendiri (Sumber: Koleksi Pribadi)

Peringatan HKAN atau Hari Konservasi Alam Nasional diselenggarakan setiap 10 Agustus. Tahun ini perayaan puncak HKAN di Indonesia, diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan mengusung tema Amertha Taksu Abhinaya: Memulihkan Alam untuk Masyarakat Sejahtera. 

Dari tema yang diangkat tersirat makna mendalam yang layak untuk direnungkan. Tentang bagaimana alam yang telah banyak mengalami perubahan, pengrusakan, disfungsi, eksploitasi dan sebagainya. 

Dan kenyataan lain bahwa kehidupan masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam, yang semestinya dilestarikan agar bisa senantiasa menjadi bagian dari manusia. Agar tidak punah, terlebih karena ulah manusianya sendiri. 

Memulihkan alam untuk masyarakat sejahtera, merupakan sebuah gambaran kondisi alam Indonesia yang tidak baik-baik saja. Semakin hari, semakin terancam berbagai kondisi dari banyak pihak. Ya polusinya, pengrusakannya, pengalihfungsian alam dan semacamnya. Semua berujung pada satu bentuk eksploitasi yang sangat mengancam kondisi masa depan alam negeri ini. 

Meski acap kali berbagai aksi, seruan dan advokasi digaungkan untuk segera merekonstruksi berbagai kebijakan untuk penyelamatan alam. Namun, tak banyak yang bisa dilakukan ketika hal tersebut hanya dipahami segelintir orang saja. 

Sebagian besar masih memilih nafsih-nafsih bahkan abai dan terus menggerus seisi alam untuk keuntungan kelompok ataupun pribadinya sendiri. Saya menyaksikan, bahkan banyak yang berkedok pencinta alam ternyata penyumbang sampah yang besar dan mengancam alam yang dicintainya itu. 

Padahal alam adalah bumi kita sendiri, rumah manusia yang dihuni dan tempat berlindung kita di dalamnya. Jika manusia saat ini merusak, lalu kemana manusia generasi berikutnya akan berlindung jika bumi ini telah rusak.

Lalu bagaimana cara untuk turut menjadi bagian dalam gerakan konservasi alam ini? Adakah hal yang bisa kita lakukan untuk terlibat dalam gerak-gerak yang nyata dan berdampak meski di skala terkecil?  

Jawabnya, tentu saja ada. Jika dalam skala besar, Kementerian atau organisasi pemerhati lingkungan, kelompok-kelompok serta individu yang memiliki power dan kepedulian terhadap lingkungan melakukan berbagai aksi. 

Biasanya berkunjung ke satu spot wisata atau wilayah tertentu yang butuh sentuhan dan pemurnian kondisi alam. Mengamati beberapa titik konservasi dan memperhatikan bagian yang butuh sentuhan. Menanam mangrove, melepas bibit ikan, reboisasi hutan gundul, pengembalian fungsi hutan, gunung, sungai juga melakukan talkshow yang menghadirkan orang banyak. 

Namun sebagai bagian dari masyarakat kecil, kita juga bisa melakukan aksi terkecil kita dan berpartisipasi dalam konservasi alam nasional. 

Dalam entitas terkecil, ya sebuah keluarga. Kita bisa memberikan advokasi dan mengedukasi orang-orang terdekat yang ada di sekitar kita. 

Tentang bagaimana hidup manusia yang semestinya menjadi khalifah yang melindungi dan bukan merusak bumi. Mengajak anak-anak memahami kerusakan alam sekitar dan dampaknya 10 tahun mendatang. Merangkul mereka untuk memahami mengapa alam dan manusia saling membutuhkan. 

Peka dan menyadari kondisi lingkungan sekitar, yang merupakan bagian terkecil alam yang kita tinggali. Masihkah sampah berserakan, masihkah tanah kosong dibiarkan, atau malah membeton setiap senti tanah sehingga tak ada ruang untuk menanam pohon. 

Mendidik rasa cinta dan memupuk tanggung jawab terhadap alam kepada keluarga adalah bentuk aksi yang bisa digalakkan. Karena kondisi alam tidak sekadar urusan Tuhan, tapi ada campur tangan manusia di dalamnya, dalam merawat dan melestarikannya. 

Ayo peduli, untuk masa kini dan masa depan generasi kita. Gerakan itu tentunya bisa dimulai dari diri kita sendiri. Merawat generasi tidak melulu dengan aksi-aksi besar atau megah. Namun dengan hal-hal sederhana yang dilakukan bisa jauh lebih berkesan. Hal terkecil yang dilakukan pada hari ini adalah tabungan kebaikan yang akan dituai suatu hari nanti.

0 Komentar