Citayam Fashion Week, Counter Culture dan Ikonnya yang Sensasional

Citayam Fashion Week (Sumber: Liputan6.com)

Beberapa bulan lalu pemberitaan digemparkan hal fenomenal yang dikenal dengan istilah CFW alias Citayam Fashion Week. Kehadiran sekelompok pemuda yang mewarnai stasiun kereta api dengan corak gayanya dalam berpakaian. 

Pro dan kontra lantas menjadi hal yang tidak terkendali. Daerah yang dikenal dengan nama Sudirman seketika dipenuhi lautan manusia dengan usia remaja produktif yang hadir dan unjuk gigi dengan penuh percaya diri. 

Pengunjung hadir dengan fashion yang saling beradu. Beberapa pentolan Citayam secara otomatis "dinobatkan" selaku pelopor dalam pekan bergaya di daerah tersebut. Sebut saja Jeje Slebew, Bonge, Kurma dan lain-lain. Menurut rumor merekalah yang boleh dikata memprakarsai melejitnya keberanian dan percaya diri remaja lain untuk turut hadir menampilkan fashion mereka. 

Adapun ciri khas bergaya pemuda pemudi ini adalah berbusana paduan mode dan warna yang nyentrik. Kadang menggunakan dasar warna hitam namun dengan style yang tegas dan berani bahkan terkesan terbuka seperti yang sering dikenakan Jeje. Atau style yang penuh corak dan warna terang seperti yang kerap dikenakan sosok Bonge. 

Saya pernah berdiskusi dengan seorang rekan, ia menyebutkan bahwa fenomena CFW mengingatkannya pada generasi Flower atau Flowers Generation. Tepatnya pada era akhir 1960 dan awal 1970-an. 

Terlepas dari bagaimana saat itu generasi Hippies muncul sebagai wujud perlawanan terhadap Perang Vietnam di Amerika dan dampak setelahnya yang justru melenceng dari muruah pergerakan. Sebuah bentuk perlawanan terhadap kekerasan di lakukan pemuda saat itu dan memperjuangkan kedamaian dan cinta. Bahkan senjata diturunkan dan diganti dengan bunga. 

Benarkah Ada Counter Culture dalam CFW? 

Anak-anak Citayem Fashion Week yang tiba-tiba membuat gempar dinarasikan dengan berbagai konspirasi. Salah satunya tentang adanya sebuah mode perlawanan dari remaja "pinggiran" yang mengakuisisi daerah Sudirman,  yang notabene banyak dikunjungi kaum elit dan borjuis. 

Awalnya publik mengkategorikan mereka sebagai remaja "pinggiran" yang melakukan perlawanan dilihat dari pentolan mereka, yang menjalani kehidupan berbeda dari remaja pada umumnya. 

Jeje Slebew dimarjinalkan sebagai remaja putri yang putus sekolah, kabur dari rumah, suka berpakaian seksi. Bonge, remaja lelaki yang juga putus sekolah dan beralih menjadi seorang pengamen. 

Kegiatan mereka merupakan sebuah hal biasa yang dilakukan remaja. Dimana mereka kerap kali datang ke suatu tempat dan menghabiskan waktu untuk sekadar kongkow di sana. Hanya saja cara bergaya yang nyentrik dan berani seolah memantik sebuah energi lain. 

Sebagaimana kaum muda yang mudah penasaran, segelintir remaja lain pun mulai beraksi dan turut menuruni panggung di zebra cross jalan. Seolah terinfeksi, kelompok remaja yang bahkan terbilang jauh dari lokasi tersebut lantas terjun dan mulai memadati area. 

Mulai dari kepadatan pengunjung yang tak terkendali, sampai pendudukan lokasi yang dilakukan para remaja. Mereka yang awalnya hanya datang untung nongkrong seiring waktu mulai menghabiskan nyaris 24 jam mereka di sana.  Bertindak tak terkendali sampai aksi vandalisme yang mengotori fasilitas umum. Tentu saja hal ini mulai bergeser dari hal yang ada sebelumnya. 

Sebagian orang mempertanyakan apakah anak-anak ini betul melakukan gerakan protes? Lalu jika benar, memangnya protes untuk apa? Apa yang sedang mereka coba untuk suarakan? Eksistensi idealisme apa yang tengah mereka upayakan. 

Sementara sebagian lain berpikir bahwa hal yang terjadi hanya kebetulan dan sama sekali tak ada ideologi di dalamnya. Kondisi tersebut murni dari ketidaktahuan remaja atas apa yang mereka perbuat. 

Pentolan Citayam yang Sensasional 

Bonge dan Jeje (sumber: Bola.net)

Dua sosok yang paling ikonik di CFW adalah Jeje dan Bonge. Kedua remaja yang dulu sekadar hadir dan tongkrongi kawasan Sudirman kabarnya kini tengah sibuk dan kebanjiran job. Keduanya pertama kali viral lewat akun tiktok. 

Hingga lambat laun semakin banyak yang mencari tahu tentang latar belakang kedua pentolan CFW tersebut. Bahkan media-media mainstream turut andil dalam menggubris keseharian seputar Jeje dan Bonge. 

Lalu siapakah Bonge dan Jeje Slebew? 

Satu kesamaan, kedua remaja ini sama-sama mengalami putus sekolah. Kenyataan tersebut membuat netizen bereaksi. Ada yang tetap memberi dukungan, ada pula yang menyarankan untuk dua pentolan tersebut kembali dan melanjutkan sekolah mereka. 

Namun ibarat makan buah simalakama, saat ini keduanya terkesan dihadapkan dengan pilihan yang berat. 

Jika dulu sosok Bonge terhalang sekolah karena faktor ekonomi, dan mengharuskan dia menjadi tulang punggung keluarga. Sebagaimana diketahui Bonge menjadi pengamen dan mencari nafkah untuk menghidupi adik-adiknya. 

Namun saat ini Bonge ibarat berdiri di puncak karir. Semenjak viral berbagai tawaran job membuatnya sibuk. Bahkan saat ini Bonge sudah memiliki kendaraan roda empat pribadi dan sederet barang bermerk. Kesibukannya di dunia tersebut membuatnya cukup sulit membagi waktu apalagi kembali ke bangku sekolah. 

Begitu pula dengan Jeje. Meski sempat diterpa isu miring karena kehadirannya yang sensasional, faktanya saat ini Jeje tengah sibuk merintis karir di dunia entertain. 

Jeje dan Bonge saat ini beradaptasi dengan dunia baru yang sedang ditapakinya. Meski genderang kontroversi dan berbagai isu terus tertabuh, namun keduanya terus melaju dan berjalan seolah menyambut dengan mesra hal tersebut. 

Bisa jadi hal ini disebabkan karena Jeje dan Bonge bukanlah pribadi muda yang baru saja diperhadapkan dengan kerasnya kehidupan, bagaimanapun keduanya telah tumbuh dan hidup dengan kehidupan yang terus menggerus. Sejak dulu jauh sebelum pintu entertain terbuka untuknya.

0 Komentar