Hari Keadilan Internasional, Merefleksi dan Memahami

 

Ilustrasi Hukum dan Pengadilan (Sumber: Pinterest)

International Criminal Court (ICC) atau disebut juga Hari Keadilan Internasional, sejak tahun 1998 hingga saat ini diperingati setiap tanggal 17 Juli.  Hari Keadilan nasional bericara tentang sebuah peradilan rana hukum. Melansir tirto.id Hari Keadilan Internasional diperingati untuk mengakui penguatan sistem peradilan internasional dan juga mempromosikan hak-hak para korban. Hari ini juga dikenal sebagai Hari Peradilan Pidana Internasional. Hari ini menandai pentingnya memerangi impunitas dan membawa keadilan bagi para korban kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida.

Apa sih impunitas? Kalau menurut KBBI, impunitas berarti keadaan tidak dapat dipidana, nirpidana. Kurang lebih bisa dimaknai sebagai suatu kondisi di mana seseorang yang secara hukum bersalah namun tidak dipidana. Bisakah pelaku kriminal tidak memperoleh hukuman atas perbuatannya? Bukankah kita sebagai warga negara sering menjadi saksi bisu ketidak-adilan semacam itu. Baik dari peristiwa yang terjadi di sekitar kita maupun dari informasi yang diperoleh lewat berita-berita atau sosial medial. Tentu butuh keahlian khusus dan orang-orang yang credible untuk menjawab itu semua. Namun untuk saat ini, kita tahu bahwa ada hari dalam setahun yang memperingati secara internasional dan memperjuangkan hal-hal semacam memerangi impunitas itu.

Bagaimana kita, sebagai orang-orang awam turut serta dalam peringatan hari Keadilan Internasional ini? Adakah hal yang bisa kita lakukan?

Tentu saja ada. Dua hal utama yang bisa kita lakukan adalah merefleksi dan memahami. Merefleksi hal-hal yang terjadi di sekitar kita, dan bagaimana perang-perang yang terjadi di belahan bumi lainnya. Juga memahami bagaimana mereka yang terlibat dalam jerat hukum itu sendiri, secara langsung maupun tidak.

Sehari dalam setahun itu, sebagai manusia yang memiliki hati Nurani, kita bisa turut berpartisipasi dengan mencoba menyuarakan keadilan yang semestinya. Bagaimana nasib saudara-saudara kita yang menyambut pagi dan menutup malam di tengah dentuman bom dan hujaman peluru. Bagaimana nasib anak-anak yang lahir di tengah negara yang diamuk perang. Salahkah mereka lahir di sana? Salahkah orang tua mereka tinggal di sana. Salahkah negaranya yang mengedepankan perang ketimbang kedamaian rakyatnya? Bagaimana nasib mereka yang hanya untuk meraih sekerat roti saja ditodong 10 senapan yang siap merenggut nyawanya. Bagaimana nasib mereka yang hanya berpasrah atas apa yang menimpanya.

Atau melihat lebih dekat kejadian-kejadian yang ada di lingkungan kita sendiri. Seorang perempuan yang dilecehkan namun suaranya hanya mengundang amarah, alih-alih membela, orang-orang justru menempatkannya pada posisi lemah dan mulai memperkosa dirinya sejengkal-demi sejengkal. Memperhatikan setiap senti kulit yang dianggap aurat dan memicu perhatian tak layak. 

Mempersalahkan dirinya ketimbang bertanya pada pelaku mengapa ia tak menahan diri dari pikiran dan kelakuan tak senonohnya

Saat ini banyak wadah yang bisa jadi lahan gerakan-gerakan kecil kita. Lewat menulis misalnya. Memberikan jejak-jejak digital berupa apresiasi kepada mereka yang menjadi korban ketidakadilan hukum. Korban yang masih menderita karena pelaku bebas hukum. Korban yang justru hidup dengan tekanan-tekanan sosial sebagai seseorang yang haknya direnggut. Dan korban yang berada di tengah lingkaran orang-orang yang hanya memenuhi hasrat penasarannya dengan menghujaninya pertanyaan tanpa memikirkan perasaan korban. Hal ini perih tapi memang banyak terjadi. Beberapa komunitas yang peduli dengan hal-hal demikian kerap kali menjalankan aksinya. Membela hak-hak korban pun memperjuangkan kembali keadilan yang semestinya diperoleh. Demi kemanusiaan yang adil dan beradab, demi tegaknya hukum dan sebagai sesama manusia yang peka dan peduli, kita bisa turut berjuang di garis yang sama dengan mereka. Entah terlibat langsung dengan aksi-aksinya atau melakukan dengan cara kita sendiri.

 

 

 

Referensi

KBBI online

"Hari Keadilan Internasional 17 Juli 2022: Sejarah, Tujuan Perayaan", https://tirto.id/gt7J

0 Komentar