Ibu Annisa, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

 

Annisa Fadlia
Namanya Annisa Fadlia, putri sulung dari seorang nelayan yang tinggal di tepian pantai Seruni, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Ibu dari sepasang putra putri yang masih kecil dan kakak dari 3 orang saudaranya. Saudara laki-lakinya sudah menikah dan menetap di daerah lain yang cukup jauh. Sedangkan dua adik perempuan masih sekolah dan kini menjadi tanggung jawab Annisa.

Setelah lulus dari Universitas, Annisa menjadi tenaga honorer di salah satu sekolah negeri di Kabupaten Bantaeng. Meski gajinya hanya dibayar tiga bulan sekali dengan nominal yang tak seberapa, ia tetap tulus menjalani tanggung jawab sebagai guru. Menghadapi ratusan siswa yang berbeda karakter setiap waktu. Sambil membawa dua balitanya ke tempat di mana ia mengabdi.

Annisa tak pernah menyesali langkah yang ia pilih, mengabdi adalah sebuah tugas yang suci nan mulia di matanya. Sekalipun hasil yang ia peroleh masih belum bisa menutupi kebutuhan ekonomi keluarga yang jadi tanggung jawabnya. Suaminya juga bekerja di satuan polisi pamong praja dengan status honorer dan gaji yang jauh dari standar UMR. Sementara ibunya sakit-sakitan, sesekali separuh badannya tak bisa bergerak karena gejala struk ringan yang sudah cukup lama di deritanya. Untuk membantu menutupi semua kebutuhan ia tak kehabisan akal. Bermodal pinjaman senilai Rp. 10 Juta rupiah dari bank ia membuka kios seukuran 2x3 meter persegi, berjualan kosmetik tak jauh dari rumahnya di pesisir pantai. 

 (Potret ibu Annisa membawa serta anaknya berjualan di pasar malam)


Yah, dia harus bekerja lebih keras lagi, agar semua kebutuhan terpenuhi ditambah kini ada angsuran bank yang harus ia lunasi. 

Kunjungi aplikasi super klik di sini

“Pernah suatu hari, waktu itu malam minggu, popok dan susu habis semua. Si sulung mulai menangis minta susu dan si bungsu sudah dua hari tidak pakai popok,” Katanya mengawali cerita

“Suami sedang tugas jaga, saya chat kasi tahu kondisi anak-anak tapi dia bilang gajinya masuk nanti hari Senin,” kata Annisa. Seharian pada waktu itu sepulang sekolah ia menunggu pembeli namun tak satupun mampir di kiosnya. Tak ingin agar tangis anaknya menambah beban pikiran orang-orang di rumahnya, ia lantas membawa kedua balitanya ke taman bermain.

“Waktu itu sekira pukul 10.30 Wita, anak-anakku bermain dengan senangnya hingga kelelahan. Dan mereka lupa dengan apa yang dari tadi membuatnya menangis,” tutur Annisa. Melihat putra-putrinya mulai menguap karena kantuk merekapun kembali ke rumah. Beristirahat dan berharap pagi nanti ada rejeki melimpah dari Allah.

 (Kios kecil berisi kosmetik milik ibu Annisa)


Ini hanya satu dari beragam kondisi perih yang ia jalani hingga saat ini. Sampai pada kesempatan ia menyatakan mimpinya, tak muluk-muluk hanya ingin memiliki bantuan tambahan modal usaha untuk mengisi tokonya dengan lebih banyak barang dagangan agar semakin banyak yang melirik dagangannya. Ia tidak menyesali nasib yang ia jalani, baginya Allah telah menggariskn takdir terbaik untuknya. Jika saat ini hidupnya penuh meratap maka ia percaya selagi ia terus berusaha akan selalu ada jalan baginya. 

DownloadAplikasiSuper di sini

“Saya percaya Allah memuliakan saya dengan segala yang Ia berikan padaku, saya berserah diri dan senantiasa ikhlas menjalani semuanya,” katanya sambil mengatupkan senyum simpul penuh ketulusan. 


0 Komentar