Sekarang, 23 tahun yang lalu

Saya tidak mau meminta, bukan karena takabur, sombong atau gimana, tapi saya sadar, saya brengsek, tapi Tuhan selalu memberiku nikmatNya, maka dari itu saya takut meminta, malu dan sangat tidak enak rasanya.

Di tanggal yang sama hari ini, di tahun 1993 lalu, saya menjebol anunya ibuku. Katanya mereka bahagia, sepertinya memang bahagia, sampai saat ini saya terus saja membuat masalah, tapi Ayah selalu bilang beliau bangga memilikiku, Ibu setiap kali sms juga selalu menyapaku dengan kata cantik. Hehehe, entahlah mereka serius atau tidak, beneran apa tidak, bilang seperti itu, cuma saya yakin, mereka ikhlas.

Saya putri sulung mereka, disaat orang menilai saya bebal, tidak bisa diatur, nakal, mereka pasti menegur saya, setelah itu menambah deposit rekeningku. Tegurannya karena mereka peduli, beliau tidak menerima orang asal bicara tentangku, dan transferan di atm ku juga karena beliau tetap saja mengerti, setelah kesakitan (sakit hati kena omelan) saya mungkin butuh sedekahan untuk merasa tenang.

Belakangan saya merasa benar benar sangat buruk, ditambah lagi sama moment hari ini, saya jadi benar benar kepikiran, 23 tahun ini saya kemana aja? Saya ngapain aja? Ternyata saya masih gini gini saja, yah begini.

Saya lahir 7 maret, tapi saya makan kue tartku lengkap dengan lilin angka 23 nya seminggu yang lalu, di kos, sama Ibu dan saudara seperjuangan.
Kerjaan makin berat, tapi situasinya sudah berbeda, saya benar benar sibuk mengurus sesuatu tapi saya tidak merasa tertekan, selepas bicara dengan bos saya merasa lega plus kerjaan terasa sedikit lebih ringan.

Keinginan saya untuk jadi bos, dan mengajak orang terdekatku untuk sama sama menjadi bos, perlahan terwujud, sekecil apapun usaha jika itu milik pribadi yah saya tetaplah bos nya.

Pria sombong itu, saya tetap mencarinya, saya tidak tahu untuk apa, mungkin saya mau hantam kepalanya pakai batu atau palu. Dia sangat menjengkelkan, tapi saya lebih suka diam saja kalau keadaan sudah seperti ini, bagaimanapun sisi lain dari dirinya membuat saya bersyukur ada dia di bumi ini.

Tahun lalu saya sempat punya pacar hehe meskipun pacaran cuma 3 hari, lebih pantas disebut masa pendekatan saja sih, yah menjengkelkan dia merayakan ulang tahunku, tapi sudahlah setidaknya kisah itu sudah berlalu. Saya tidak suka moment hari itu.

Saya semakin sadar, Almarhum kekasih sudah semakin jauh, tapi kenapa saya tidak sedih? Mungkin karena kali ini saya tidak ingin sedih, kali lain pasti saya nangis sembunyi sembunyi lagi, sayang sekali, kalau saja dia masih di sini, apa kami akan tetap bersama? Masa dewasa itu kan masa-masa kesetanan. Dulu saya memilikinya saat sekolah SMP, saya tidak tahu cinta sebelum kepergiannya, yang pergi lama menyisakan nama. Hei sayang, saya rindu kamu. Would you say happy birthday to me? Owh thanks, and I love you too.

0 Komentar