*re-post
25 mei
Menyadari potensi diri, menjalani dan menikmati hidup adalah
jauh lebih berguna tanpa harus pusing terkekang topeng yang harus dipasang untuk
berhadapan dengan manusia yang menuntut dunia sempurna tanpa bercermin atau hanya
berteman kitab panduan hidup yg usang.
Hidup hanya sesaat, usia muda takkan
lagi ada di masa tua. Sekalipun ada bahasa jiwa, tetap saja, hambar. Setauku
mencintai dirimu dengan menjadikannya istimewa dalam duniamu sendiri adalah
kesempurnaan.
Terbiasa mandiri, bersikap
individual, termarginal kadang dianggap menyimpang, yang membawaku berfikir
demikian. Sejak kapan mereka belajar untuk menolak tetek mamahnya dan berani
menceramahiku soal nilai, hidup dan akidah? Mungkin karena terlalu lama saya hanya
diam. Tapi berulang kali pula saya buktikan. Hanya mereka, yang jelas taunya
mengedepankan emosi untuk menutupi ketidak mampuan dan memaksakan
kesefahamannya saja padaku tanpa pernah melirik gerak tubuh yang bernilai sombong
jika kupaparkan.
Hanya pada beberapa hal
saya "mungkin" akan tunduk. Tundukku pun bukan tanpa alasan. Mulutku
adalah milik perempuan dengan kodrat kelembutan yang tidak ingin kujadikan kasar.
Saya perempuan merdeka kawan. smile emotikon (saat ini kutulis, mungkin tahun itu sedang emosi)
0 Komentar